how much now

Tampilkan postingan dengan label jakartaku sayang jakartaku malang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jakartaku sayang jakartaku malang. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 April 2011

jakartaku sayang, jakartaku malang (perkampungan padat penduduk dan langganan banjir)

biasanya aku hanya melihat daerah ini jadi langganan banjir dari televisi,
biasanya aku mendengan situasi daerah ini hanya dari cerita ibuku,
tapi hari ini aku benar-benar ada disana, benar-benar melihat keadaan salah satu perkampungan di daerah ini.
mungkin sedikit subjektif aku menilainya karena aku hanya melihat sebagian dari daerah ini, tapi aku berusaha menulis apa yang aku lihat, apa yang aku rasakan, tanpa aku lebih-lebihkan.

Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur
daerah ini merupakan salah satu daerah padat penduduk di Jakarta. kebanyakan warga yang tinggal disini adalah warga yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta. letaknya berdekatan dengan sungai ciliwung, maka tidak aneh setiap debit air di sungai ciliwung naik makan perkampungan ini adalah perkampungan yang paling pertama terkena dampaknya, BANJIR. ya, banjir sudah menjadi makanan sehari-hari warga disini. sepertinya mereka sudah sangat nyaman dengan kedatangan air yang kadang-kadang munculnya pada malam hari itu. maka kebanyakan rumah-rumah warga disini adalah rumah yang bertingkat, ada yang bertingkat hinggal 3. tapi jangan membayangkan rumah-rumah bertingkat nan mewah dan megah seperti di kawasan menteng. di sini bangunan bertingkat dibuat semi permanen, fungsinya untuk menyimpan barang-barang mereka ketika banjir datang. karena banjir disini bukan sepuluh centi, atau limapuluh centi tapi bisa sampai 2 atau 3 meter.

sekarang mari kita bayangkan situasi daerah ini saat tidak banjir seperti saat ini dengan sebuah perkampungan sebagai contohnya. perkampungan ini gangnya berada tidak jauh dari depan salah satu pintu masuk pasar jatinegara. pertama masuk ke gang ini sebenarnya tidak terlalu kelihatan bahwa ini adalah perkampungan yang padat penduduknya. tapi setelah beberapa meter berjalan, situasi perkampungan ini mulai kelihatan. perkampungan yang padat penduduknya. kanan-kiri dipenuhi dengan dempetan-dempetan rumah petak. mungkin lebarnya tidak terlalu lebar, hanya sekitar 3meteran. 

semakin lama semakin terlihat situasinya mungkin bisa dibilang maaf kumuh. setiap beberapa meter dapat dijumpai warung-warung meja-meja yang disulap menjadi tempat mengais rejeki. tak jarang meja-meja itu menggunakan sebagian jalan yang membuat jalan gang tersebut semakin sempit dengan banyaknya orang-orang yang berlalu-lalang di jalan itu. tidak hanya warung-warung sederhana saja, ternyata ditengah-tengah perjalanan ada sesuatu yang unik yaitu pasar. ya pasar kecil yang sama seperti tadi menggunakan bahu-bahu jalan di kanan-kiri, keadaan ini semakin membuat daerah ini kumuh. karena sampah-sampah yang berserakan itu tidak dibersikan dengan baik. sehinggah sampah-sampah menjadi menumpuk dan menggenang di saluran air atau got.

penumpukan itu yang membuat saluaran air tersebuat tidak berfungsi sebagai mana mestinya. karena terlalu lama mengendap air yang menggenang pun menjadi kehitaman, tentunya ini memberi efek yang tidak baik untuk kesehatan khususnya untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan karena sepengelihatan banyak anak kecil yang tinggal dilingkungan ini. selain itu tidak menutup kemungkianan menggenangnya saluran air ini juga menjadi salah satu dari penyebab banjir yang sering menghampiri perkampungan ini.
    bersambung....


benar-benar sangat miris melihatnya. tentunya ditengah-tengah kota jakarta yang gedung-gedung semakin menjulang mewahnya masih ada perkampungan yang situasinya seperti itu. jakarta memang tidak adil, jakarta memang keras, jakarta tidak mudah untuk ditaklukkan. kapan jakarta akan adil ?

Minggu, 03 April 2011

jakartaku sayang, jakartaku malang

Jakartaku tak pernah tidur.
Jakartaku tak pernah berhenti melahirkan gedung-gedung apartement nan megah.
Jakartaku menutup mata, bahwa dibelakang gedung-gedung itu ternyata ada perkampungan padat penduduk.
Jakartaku tak sadar, antara perkampungan dan apartement itu memperlihatkan kelasnya mereka.

Jakartaku, buatlah keadilan untuk tubuhmu sendiri.
Jakartaku, perintahkan budak-budakmu untuk berbuat adil dangan si miskin dan si kaya.
Jakartaku kau  tak tahu, itu rusun-rusun yang kau bangun oleh budak-budakmu untuk si miskin malah di monopoli oleh si kaya.


Jakartaku tak sadar, dengan begitu orang semakin percaya bahwa Jakarta memiliki semboyan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin".

jakartaku sayang, jakartaku malang (si kaya dan si miskin)

jakartaku sayang, jakartaku malang

Jakarta, sebuah kota besar di jantung Indonesia. menjadi ibukota negara dan juga sebagai pusat pemerintahan. bukan sekedar pusat pemerintahan saja, tapi pusat perekonomian bagi warga Indonesia. jakarta menjadi magnet yang kuat untuk masyarakat khususnya masyarakat daerah, untuk mengadu nasib di kota metropolitan ini. banyak orang (kebanyakan masyarakat menengah ke bawah) beranggapan bisa hidup lebih layak jika mereka mengadu nasib di Jakarta. maka tidak aneh setiap tahunnya banyak masyarakat yang berbondong-bondong merantau ke jakarta. padahal sebenarnya belum tentu mereka mendapatkan perkerjaan yang layak di kota ini. apa lagi mereka yang bermodal nekat dan tidak memiliki skill apapun, jakarta bukan malah menjadi sahabat mereka tetapi musuh mereka. Makin banyaknya penduduk yang merantau ke Jakarta, membuat kota yang tidak pernah tidur ini semakin padat. data Bappenas menyebutkan pada tahun 2010 penduduk jakarta bisa mencapai 9,5juta jiwa dan itu bertambah setiap tahunnya. bisa dibayangkan bukan betapa padatnya kota ini 2-5tahun kedepan.

Semakin padat kota ini berbanding lurus dengan semakin padatnya bangunan-bangunan rumah di daerah perumahan jakarta, khususnya daerah pinggiran jakarta. situasi ini membuat banyak perkampungan warga semakin kumuh. tapi kekumuhan tersebut seakan berbanding terbalik dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi nan megah yang tidak jarang berada disekitar perkampungan-perkampungan kumuh itu. jika kita tidak pintar-pintar mencari celah, dan tidak cukup skill yang dimiliki maka gedung-gedung itu seakan menjadi sebuah tembok pemisah antara si kaya dan si miskin.